IniCianjur.com – Di tengah gegap gempita peringatan Hari Jadi Kabupaten Cianjur yang ke-348, tak semua warga merasakan kebahagiaan. Di sudut sunyi Kampung Tegallega, Desa Talagasari, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur hidup seorang lansia renta yang nyaris terlupakan. Namanya ibu Samsiah (80), seorang janda tua yang menjalani hari-harinya sebatang kara di sebuah gubuk reyot yang nyaris roboh.
Sudah hampir empat tahun terakhir, ibu Samsiah hidup tanpa sentuhan bantuan sosial apa pun dari pemerintah. Tak ada Program Keluarga Harapan (PKH), tak ada Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), bahkan dari Desa pun belum pernah datang tangan yang peduli.
“Yang dapat bantuan malah orang-orang yang masih mampu. Ibu saya malah enggak pernah kebagian,” kata Herman (43), anak ibu Samsaih, dengan suara lirih saat ditemui di rumah ibunya, Minggu (20/7/2025).
Menurut Herman, kebutuhan hidup sehari-hari ibunya lebih banyak dipenuhi oleh belas kasih tetangga dan para dermawan. Kadang ada ustad yang datang membawa makanan, kadang hanya tetangga yang menitipkan nasi. Meski begitu, harapan tidak pernah pupus.
“Hari jadi Cianjur ini mestinya jadi momen semua warga bisa ikut merasakan. Saya cuma ingin Pemerintah buka mata, lihat kondisi ibu saya. Mohon dibantu,” ujarnya.
Ketua RW setempat, Supar saat dikonfirmasi mengaku, bahwa Ibu Samsiah sempat tercatat sebagai penerima bantuan. Namun, Supar mengaku tidak tahu mengapa bantuan itu tidak sampai ke tangan sang nenek.
“Bantuan pernah ada, tapi tidak diterima beliau. Kami juga tidak tahu kenapa bisa begitu,” ujarnya singkat lewat sambungan telepon pada wartawan.
Nasib serupa juga dialami keluarg Supiandi, warga Kampung Kiaramenyan, Desa Sirnagalih. Suhena, istri Supiandi mengatakan, sudah hampir empat tahun ini keluarganya tidak lagi menerima bantuan pemerintah. Padahal sebelumnya, mereka pernah mendapatkan PKH dan BPNT. Namun, entah mengapa, sejak 2021 bantuan itu tak lagi datang.
“Kami hanya rakyat kecil yang berharap perhatian. Di hari jadi kabupaten ini, kami berharap suara kami didengar,” ucap Suhena dengan mata berkaca-kaca.***