Energi Panas Bumi Masuk Kawasan TNGGP, Bukti Konservasi dan Energi Bersih Bisa Berjalan Seiring

  • Bagikan
Acara Gethering Berlangsung di Aula Mandalawangi, Cibodas, Cianjur

IniCianjur.com– Di tengah tantangan transisi energi dan pelestarian lingkungan, kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) kini menjadi contoh nyata bagaimana konservasi alam dan pemanfaatan energi bersih bisa berjalan beriringan.

Adalah proyek pengembangan energi panas bumi di wilayah Cipanas, Kabupaten Cianjur, yang sejak 2022 mulai digarap oleh PT Daya Mas Geopatra Pangrango (DMGP). Proyek ini berdiri di atas dasar hukum yang kuat, salah satunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi, serta Peraturan Menteri LHK No. P.4 Tahun 2019, yang mengatur pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi di kawasan konservasi.

Kepala Balai Besar TNGGP, Ir. Arief Mahmud, M.Si., menyampaikan keyakinannya bahwa pembangunan dan konservasi bukanlah dua hal yang saling bertentangan. “Dengan prinsip ekologis, dialogis, dan partisipatif, kami percaya proyek ini bisa menjadi contoh kolaborasi harmonis antara masyarakat lokal, pelestarian alam, dan pemenuhan energi nasional,” tuturnya.

Yang menarik, lokasi eksplorasi ini bukanlah hutan perawan, melainkan lahan bekas perkebunan sayuran yang sebelumnya sudah lama digunakan masyarakat. Luas areal eksplorasi pun sangat terbatas—hanya sekitar 0,02% dari total kawasan TNGGP.

Alih-alih menggusur, proyek ini justru merangkul warga sebagai mitra konservasi. “Kami tidak menggusur siapa pun. Justru masyarakat dilibatkan dan diberdayakan sebagai bagian dari pelestarian kawasan,” jelas Arief.

Tak hanya mendukung pelestarian, proyek ini juga membuka peluang baru bagi masyarakat sekitar. Subkoordinator Penyiapan dan Evaluasi Wilayah Kerja Panas Bumi, Andi Susmanto, S.T., M.Si., menyebut proyek ini membawa manfaat nyata. “Ada pelatihan keterampilan, alih teknologi, pembukaan lapangan kerja, hingga pembangunan infrastruktur. Semua itu membawa dampak positif secara sosial dan ekonomi,” ucapnya.

Kabar baiknya, jalur pendakian Gunung Gede Pangrango tetap dibuka seperti biasa. Aktivitas pendakian dan wisata alam tidak terganggu sama sekali.

Langkah kolaboratif seperti ini menunjukkan bahwa di era energi terbarukan, upaya pelestarian lingkungan tak harus mengorbankan kemajuan. Justru keduanya bisa saling melengkapi—mendorong Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *