INICIANJUR.COM – Hari ini, di Desa Wangunjaya, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur suasana mendadak terasa seperti mau ada festival besar.
Kabar angin berembus kencang akan ada pawai Agustusan. Warga pun bersiap dengan semangat 45 nya, ada yang buru-buru tutup warung, ada yang pakai baju bermacam-macam corak, bahkan ada yang sempat nyari akaesories biar makin patriotik.
Tapi sesampainya di kantor desa, lho kok? Bukan drum band, bukan parade kostum pejuang, tapi poster tuntutan, orasi keras, dan wajah-wajah serius. Alih-alih pawai, ternyata warga “dijebak” ikut demo.
“Saya pikir mau ikut pawai. Udah senang-senang mau keliling kampung, eh, malah disuruh berdiri bawa spanduk,” ujar salah seorang warga yang merasa tertipu secara nasionalis, sambil menyelipkan bendera kecil ke saku celana.
Aksi ini langsung bikin geger. Tak hanya warga yang kaget, Fanpan Nugraha kuasa hukum Kepala Desa Wangunjaya ikut angkat suara. Ia menyayangkan aksi yang katanya damai, tapi caranya dinilai mirip jebakan batman.
“Mereka membohongi masyarakat,” kata Fanpan dengan nada gabungan antara hukum dan heran. “Katanya pawai Agustusan, ternyata malah demo. Yang ikut pikir mau senang-senang, eh malah orasi.”
https://inicianjur.com/2025/07/26/602-kpm-di-desa-panyindangan-terima-bansos-beras-dari-bapanas/
Menurut Fanpan, tak cuma warga yang dirugikan. Pelayanan di desa jadi terganggu, staf desa bingung, dan suasana Agustus yang biasanya meriah jadi terasa kayak nonton berita duka di bulan kemerdekaan.
“Ini sudah arogan,” ujarnya sambil menyayangkan aksi tersebut. “Kita menduga ada kepentingan politik yang sengaja memobilisasi massa. Ya masa iya ngajak pawai ternyata nyelipin agenda politik?”
Bak detektif yang sedang memecahkan misteri spanduk hilang, Fanpan menuding ada permainan aktor politik tingkat desa yang lebih lihai dari penyelundup bendera di sinetron laga.
Di penghujung pernyataannya, Fanpan mengimbau agar masyarakat Wangunjaya tetap tenang, damai, dan tidak terjebak lagi dalam ‘drama berkedok pawai’.
“Hormati proses hukum yang sedang berlangsung. Jangan sampai desa ini jadi panggung sinetron. Cukup sinetron sore aja yang penuh twist (kejutan),” katanya.
Kini warga Wangunjaya pun jadi lebih waspada. Kalau ada yang ngajak pawai, mungkin mereka akan tanya dua kali “Pawai beneran, apa… plot twist (kejutan dalam cerita) lagi. ***