Disdikpora Cianjur Buka Suara: Sumbangan Boleh, Asal Jangan Bikin Orang Tua Mimpi Buruk.

  • Bagikan
Ruhli Solehudin, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur. (foto : ist.net)

CIANJUR KOTA | INICIANJUR.COM – Di tengah ramainya obrolan para orang tua soal sumbangan sekolah yang bikin kantong mendadak diet. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur akhirnya angkat suara.

Kepala Disdikpora Ruhli Solehudin menegaskan, sumbangan itu sah-sah saja. Tapi ingat, harus ikhlas, bukan karena merasa terpaksa.

“Sumbangan boleh, asal tidak mengikat. Enggak boleh ditentukan jumlahnya, enggak boleh dipatok waktunya. Pokoknya enggak boleh bikin orang tua merasa kayak nagih utang,” ujar Ruhli sambil tersenyum, saat dihubungi wartawan, Sabtu (2/8/25).

Ruhli juga menyebut bahwa sekolah memang perlu transparan soal kondisi bangunan, meja-kursi, sampai halaman sekolah yang bisa jadi lebih cocok jadi tempat parkir sepeda daripada ruang bermain anak-anak.

Tapi setelah info dibagikan, orang tua punya dua pilihan, bantu atau tidak. Dan keduanya sama-sama boleh.

“Kalau ada yang bantu, alhamdulillah. Kalau belum bisa bantu, ya jangan dimarahin. Mungkin rezekinya lagi dipakai buat bayar gas melon,” tambah Ruhli.

Di dunia pendidikan, kata “sumbangan” kadang lebih bikin panik dibanding ujian matematika. Tapi menurut Ruhli, selama tidak ditetapkan angka dan deadlinenya, bantuan dari orang tua adalah bentuk gotong royong yang sah.

“Yang penting tidak ada unsur pemaksaan. Jangan sampai orang tua merasa dipaksa harus setor sebelum tanggal sekian. Ini sekolah, bukan koperasi simpan pinjam,” ujar salah seorang orang tua murid.

Ruhli menegaskan, kalau ada indikasi sumbangan berubah jadi “pungutan berkedok infak”, pihaknya siap turun tangan. Disdikpora Kabupaten Cianjur akan menelusuri apakah ada pelanggaran prosedur. Dan jika terbukti, bukan cuma teguran yang dikirim, tapi dana yang sudah masuk pun harus dikembalikan.

“Kalau sudah melanggar, ya dikembalikan. Baru nanti kita lihat, sanksinya apa. Yang jelas kita tindak sesuai aturan,” tegas Ruhli.

Intinya, kata Ruhli, semangat sumbangan di sekolah harus seperti semangat cinta sejati, sukarela tanpa paksaan dan jangan ada patokan nominal. Kalau memang orang tua sedang longgar dan ingin membantu, itu patut dihargai. Tapi jangan sampai sumbangan jadi momok tiap awal sekolah.

Pihak Disdikpora juga mengimbau semua kepala sekolah agar lebih terbuka dalam komunikasi, tapi jangan sampai terlalu kreatif sampai membuat orang tua bingung. Ini sumbangan, infak, atau cicilan perabotan.

Bantu sekolah itu mulia, tapi jangan sampai niat baik berubah jadi tekanan sosial. Kalau memang niatnya seikhlasnya, ya biarkan datang dari hati. Bukan dari grup WA yang isinya “mohon segera ditransfer sebelum anak duduk di lantai.”***

Ruhli Solehudin, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur. (foto : ist.net)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *